SEPINTAS HELAIAN. Helaian-helaian terakhir Pendekar Merah Budiman
Tidak berapa jauh dari majlis keraian Sultan Muzaffar itu, seorang lelaki pendekar bernama Keruyung memerhatikan upacara yang berlangsung di balairong seri itu dengan matanya yang merah dan penuh amarah.
XXXXX“Bagaimana?,” tanya satu suara kepada Pendekar Keruyung yang berada di belakangnya. Pendekar Keruyung memukul batang kayu pokok tempat dimana dia berdiri dengan cakar macan saktinya.
XXXXX“Bukankah sudah hamba katakan!, si Nila itu harus di perhatikan sentiasa, pendiriannya goyah!,”marah Pendekar Keruyung pada suara yang berada di belakangnya itu, “Saudara lihat!, kini dia telah berpihak pada istana!,”ternyata Pendekar Keruyung sangat kenal kepada Pendekar Nila yang lebih di kenali dengan nama Pak Guntur itu. Marahnya semakin menjadi-jadi kepada lelaki yang wajahnya terlindung di sebalik keredupan dedaun pokok. Perlahan lelaki yang di lawan berbual dengan Pendekar Keruyung itu memperlihatkan diri. Ternyata lelaki tersebut adalah Temenggong Bungkah yang tidak hadir di istana pada ketika itu.
XXXXX“Sabar tuan pendekar,sabar!”
XXXXX“Sabar yang bagaimana lagi datuk!, semua orang kepercayaan hamba telah di tawan dan kini ada yang telah berpihak kepada Sultan Muzaffar itu seperti si Buala itu!”
XXXXX“Hamba telah mengatur satu rancangan baru, kali ini hamba berjanji, Lanun Geruh Adikara yang kini dibawah pimpinan hamba akan menguasai Melaka”
XXXXX“Tuan hamba yakin?”
XXXXX“Hamba sangat pasti!”
XXXXX“Baiklah,datuk tetapi ingat, lembu di pegang pada tali, manusia di pegang pada janji,”kata-kata amaran Pendekar Keruyung itu sedikit pun tidak menakutkan Dato Temenggung Bungkah. Dia sebaliknya hanya tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Pendekar Keruyung.
XXXXX“Ayuhlah Tuan Pendekar, masih banyak kerja yang perlu kita lakukan,” Dato Temenggung Bungkah dan Pendekar Keruyung perlahan-lahan meninggalkan kawasan
tersebut. Ternyata dugaan Merah Budiman dan Bakaruyung tidak salah.
Melaka, masih belum terlepas dari ancaman!.
XXXXX“Bagaimana?,” tanya satu suara kepada Pendekar Keruyung yang berada di belakangnya. Pendekar Keruyung memukul batang kayu pokok tempat dimana dia berdiri dengan cakar macan saktinya.
XXXXX“Bukankah sudah hamba katakan!, si Nila itu harus di perhatikan sentiasa, pendiriannya goyah!,”marah Pendekar Keruyung pada suara yang berada di belakangnya itu, “Saudara lihat!, kini dia telah berpihak pada istana!,”ternyata Pendekar Keruyung sangat kenal kepada Pendekar Nila yang lebih di kenali dengan nama Pak Guntur itu. Marahnya semakin menjadi-jadi kepada lelaki yang wajahnya terlindung di sebalik keredupan dedaun pokok. Perlahan lelaki yang di lawan berbual dengan Pendekar Keruyung itu memperlihatkan diri. Ternyata lelaki tersebut adalah Temenggong Bungkah yang tidak hadir di istana pada ketika itu.
XXXXX“Sabar tuan pendekar,sabar!”
XXXXX“Sabar yang bagaimana lagi datuk!, semua orang kepercayaan hamba telah di tawan dan kini ada yang telah berpihak kepada Sultan Muzaffar itu seperti si Buala itu!”
XXXXX“Hamba telah mengatur satu rancangan baru, kali ini hamba berjanji, Lanun Geruh Adikara yang kini dibawah pimpinan hamba akan menguasai Melaka”
XXXXX“Tuan hamba yakin?”
XXXXX“Hamba sangat pasti!”
XXXXX“Baiklah,datuk tetapi ingat, lembu di pegang pada tali, manusia di pegang pada janji,”kata-kata amaran Pendekar Keruyung itu sedikit pun tidak menakutkan Dato Temenggung Bungkah. Dia sebaliknya hanya tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Pendekar Keruyung.
XXXXX“Ayuhlah Tuan Pendekar, masih banyak kerja yang perlu kita lakukan,” Dato Temenggung Bungkah dan Pendekar Keruyung perlahan-lahan meninggalkan kawasan
tersebut. Ternyata dugaan Merah Budiman dan Bakaruyung tidak salah.
Melaka, masih belum terlepas dari ancaman!.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home